Kematian Kartini hingga hari ini masih mengundang kontroversi. Apakah dia meninggal secara wajar? Ataukah ada unsur atau intrik dalam keluarga Kabupaten Rembang? Berikut telusur posmo.
Kartini lahir dari keluarga ningrat Jawa, ayahnya RMAA Sosroningrat, seorang Wedana di Mayong, Jepara. Ibunya, MA Ngasirah, seorang guru agama di Telukawur. Perjuangannya mencoba menyejajarkan keseteraan gender di Indonesia membuat Kartini dianugerahi pahlawan nasional pada tanggal 2 Mei 1964 oleh Presiden Soekarno, dan juga menetapkan hari kelahiran Kartini, yaitu 21 April sebagai hari Kartini.
Tetapi perjuangan tersebut memang tidak lama, dalam usia yang masih sangat muda, dia keburu menghadap Yang Kuasa. Seperti diketahui dalam sejarah, Kartini meninggal pascamelahirkan, tepatnya 4 hari setelah melahirkan. Ketika Kartini, mengandung bahkan sampai melahirkan, dia tampak sehat walafiat. Hal inilah yang mengandung kecurigaan.
Efatino Febriana, dalam bukunya “Kartini Mati Dibunuh”, mencoba menggali fakta-fakta yang ada sekitar kematian Kartini. Bahkan, dalam akhir bukunya, Efatino Febriana berkesimpulan, kalau kartini mamang mati karena sudah direncanakan.
Ketika Kartini melahirkan, dokter yang menolongnya adalah Dr van Ravesten, dan berhasil dengan selamat. Selama 4 hari pascamelahirkan, kesehatan Kartini baik-baik saja. Empat hari kemudian, dr van Ravesten menengok keadaan Kartini, dan ia tidak khawatir akan kesehatan Kartini. Ketika Ravesten akan pulang, Kartini dan Ravesten menyempatkan minum anggur sebagai tanda perpisahan. Setelah minum anggur itulah, Kartini langsung sakit dan hilang kesadaran, hingga akhirnya meninggal dunia. Sayang, saat itu tak ada autopsi.
Soetijoso Tjondronegoro, keponakan Kartini mengatakan, “Bahwa Ibu Kartini sesudah melahirkan putranya, wafatnya banyak didesas-desuskan, itu mungkin karena intrik dalam kabupaten. Tetapi desas-desus itu tidak dapat dibuktikan. Dari pihak keluraga juga tidak mencari ke arah itu. Melainkan menerima keadaan sebagaimana faktanya dan sudah dikehendaki oleh yang Mahakuasa.”
Kematian yang mendadak tentu menimbulkan spekulasi. Namun para petinggi Kabupaten Rembang tidak berinisiatif melakukan penyelidikan kematian Kartini. Diduga, sangat mungkin tindakan ini dilakukan oleh orang dalam keluarga adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, suami Kartini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar